-

_dalam setiap kata yang kau baca,
selalu ada huruf yang hilang
kelak kau pasti akan kembali menemukanya
di sela kenangan penuh ilalang__


Minggu, 20 Februari 2011

andaikan aku jadi seorang ahmadiyah… (anak kecil bicara masalah ahmadiyah—heh kamu lupa ya bang kalau badanmu besar,)

Kelompok “TUHAN” telah lahir, sebenarnya ini bukan lagi sebuah wacana baru, sudah lama wacana tentang pembubaran ahmadiyah digulirkan . kelompok yang paling getol meyuarakan pembubaran ahmadiyah adalah kelompok yang saya sebut sebagai kelompok “TUHAN”, kenapa??? karena kelompok ini lah yang menganggap dirinya paling benar, seolah-olah kelompok mereka adalah kelompok pembawa kebenaran yang paling benar. Seperti TUHAN yang memang kebenaranya sudah mutlak adanya. Tapi kelompok ini bukan TUHAN yang memiliki kebenaran mutlak.

Selama ini kelompok TUHAN selalu dengan bebas men nilai dan menghakimi keyakinan kelompok lain. Seolah-olah kebenaran hanya milik mereka, mereka bebas menentukan siapa yang benar, siapa yang salah, siapa yang lurus siapa yang sesat. Standart kebenaran yang dibawa oleh kelompok TUHAN adalah standart kebenaran mutlak yang harus diterima semua kalangan, siapa yang tidak tunduk terhadap kebenaran yang mereka bawa akan dihancurkan, dengan kekerasan yang menjadi dalil pamungkas untuk menghakimi keyakinan diluar kelompok mereka, kelompok TUHAN.

Inilah yang terjadi akhir-akhir ini. Dimana kembali lagi kelompok TUHAN melakukan kekerasan terhadap kelompok ahmadiyah, demo dimana-mana menentang pembubaran keyakinan ahmadiyah. Saya melihat yang melakukan demo sebenarnya saudara ahmadiyah sendiri yaitu umat Islam yang beda penafsiran dengan ahmadiyah. Atau dalam istilah saya kelompok Islam(saya lupa namanya hehhehe) yang telah bermetamorfosis menjadi kelompok TUHAN. Memang kelompok ini tidak secara gambalang menyebut dirinya sebagai TUHAN, tetapi sikap dan cara pandang mereka tentang kebenaran yang monopilistik hanya pada diri mereka itulah kenapa saya merasa pantas memberikan cap kepada mereka sebagai kelompok TUHAN.

Saya pernah berfikir bagaimana jika saya menjadi seorang ahmadiyah???. Bagaiamana nasib saya. Ibadah harus dijaga polisi. Ibadah harus dengan ketakutan di cekal di bubarkan bahkan terror-teror mengerikan lainnya. Bagaimana saya di kecam dimana-mana sebagai kelompok sesat menyesatkan. Mungkin saya sudah mengurung diri di dalam rumah, tidak kuat dengan berbagai anggapan yang di cap kan kepada saya sebagai ahmadiyah beban psikologi yang sangggat tinggi. Sebenarnya saya tidak bisa membayangkan secara detail penderitaan ahmadiyah, serasa air mata ini mau tumpah jika membayangkannnya (emang air teh bang tuumpah). Bagaimana kalau nasib saya sebagai ahmadiyah seperti PKI yang di brantas habis, di diskriminasi sampai titik paling rendah, bertahun-tahun, hanya gara-gara perbedaan pandangan. Hanya karena perbedaan tafsir tentang kenabian saya harus rela tidak menjadi manusia, karena saya sudah dinggap sebagai seoarng sesat yang harus dihabiskan bahkan kalau bisa dibunuh sebagai KAFIR. Padahal tujuan saya sama, yaitu mengambakan diri kepa Pemilik Segalanya ALLAH SWT. Masalah yang sangat kecil. Saya sangat takut jikalau nasib ahmadiyah sama dengan PKI, semoga tidak. Saya sangat tidak ingin sejarah pembodohan itu terulang lagi. Kini yang sudah terlihat kekerasan dan diskriminasi terhadap ahmadiyah. Ini bisa saja meluas dan membesar hingga pembunuhan massal seperti waktu PKI. atau mungkin ahmadiyah tidak dibunuh secara massal, tetapi dalam KTP mereka dicap sebagai AH, ahmadiyah sebagai identitas atau legitimasi tindakan diskriminatif terhadap sesama manusia. Saya sangat takut. Dimana masyarakat Indonesia yang berkeindonesiaan, masyarakat yang toleran, ramah. Santun. Masyarakat yang menjunjung nilai-nilai humanisme dalam keberagaman, saya takut. Mengutip kata-kata Pram "Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana" .

Dimana kebebasan beragama???? Pertanyaan inilah yang muncul ketika saya melihat berita di TV tentang demostran di Bundaran HI jakarta yang menuntut pembubaran ahmadiyah. Ada yang membawa tulisan ”Bubarkan Ahmadiyah Atau Revolusi”, kembali lagi demontrasi ini dilakukan oleh saudara ahmadiyah sendiri yaitu kelompok yang membawa bendera Islam. Sunguh memprihatinkan.

Negara ini telah merdeka, telah meiliki kebebasan dan satiap orang berhak untuk memeluk keyakinan termasuk ahmadiyah. Yang perlu ditegaskan bahwa Islam adalah rohmatan lil alamin yang menghargai perbedaan dan kebebasan, rahmat bagi seluruh alam tidak hanya umat Islam saja tapi juga semuanya. Setelah saya membuka-buka AL QURAN ”Yaitu mereka yang mendengarkan ajaran al quran dan ajaran-ajaran lain lalu mengikuti yang paling baik diantaranya, maka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh allah, dam mereka itulah yang mempunyai akal sehat (Az-Zumar, 18).

Amanat konstitusi pasa 29 ayat 2 negara menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut keyakinannya tersebut. Dua landasan ini menurut saya harus dijunjung, bahwa indonesia berdiri di atas perbedaan-perbedaan. Dan Islam hadir sebagai penyedia nilai-nilai untuk mengharmonisasaikan keberagaman tersebut. Dengan toleransi dan saling menghargai bukan saling membenarkan diri dan menyesatkan orang lain.

Kaum kristem pasti menganggap Islam sesat

Begitu juga Islam juga menganggap kristen sesat

Kalau kerja kita hanya sesat-menyesatkan saya hawatir, tidak hanya ahmadiyah yang dibubarkan. Bahwa label sesat dari manusia tidak bisa dijadikan dalil untuk membasmi suatu keyakinan, keyakinan adanya di HATI dan tidak bisa dibubarkan. Saatnya kita belajar dari berbagai perbedaan untuk saling menghargai kebebasan seseorang , dimana nantinya saya harapkan tidak adalagi kelompok TUHAN yang memonopoli kebenaran. Kebenaran milik semua orang, semakin banyak perbedaan semakin banyak pula yang bisa kita pelajari. Dan ini pelajaran demokrasi yang bagus. Muslim yang meyakini kebenaran Islam dan setia padanya tidak akan mengkafirkan atau mengaggap sesat orang lain karena kita meneladani Rosul MUHAMMAD SAW, yang pernah bersabda MAN KAFFARA AKHAHU MUSLIMAN FAHUWA KAFIR (orang yang mengkafirkan orang Islam yang lain maka dialah kafir). Wowllohhu a’lam bi sshowab

Selasa, 08 Februari 2011

generasi out of the box * hikmah ikut OPSI 2010

Dunia penelitian siswa memang mengasikkan, segudang pengaalaman akan kita dapatkan ketika kita melakukan penelitian. Mulai dari sulit mencari ide, hingga masalah klasik yang sepertinya dihadapi semua teman yang memilih dunia penelitian siswa yaitu masalah sulitnya membagi waktu antara kegiatan penelitian dan pelajaran sekolah.

Dua Medali Emas OPSI untuk DIY

Dari hasil curhat beberapa teman saya dalam kontingen OPSI Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia 2010 dari Provinsi DIY. Memang masalah membagi prioritas antara belajar pelajaran sekolah dan penelitian sangat sulit. Di satu sisi kita mempunyai beban nilai yang harus dituntaskan di sisi lain, kita menyukai penelitian yang artinya ini membutuhkan prioritas lebih dan khusus. Mungkin akibatnya nilai atau kegiatan belajar kita disekolah agak tergangu, dengan aktifitas kita sebagai peneliti muda. Kecuali bagi anak-anak yang dikarunia itelegensi yang lebih dan dapat mengelolanya dengan baik sehingga dapat menyeimbangkan dua hal tersebut. Tapi saya rasa sedikit.

Pilihan prioritas pelajaran atau penelitian memang harus dipilih. Dan sekarang saya memilih penelitian saya sadar betul konsekuensi yang harus saya tanggung akibat pilihan saya. Dan yang sudah terjadi saya harus rela ketinggalan berhari-hari pelajaran dikelas karena mengikuti lomba atau melakukan penelitian. Idealnya kerja ekstra harus wajib dilaksanakan untuk menyamakan kedudukan dengan teman yang selalu mengikuti pelajaran di kelas. Menurut pandangan saya anak-anak yang mempunyai bakat minta seperti saya hakikatnya adalah anak-anak yang sebenarnya siap untuk kuliah bukan jadi anak SMA. Anak-anak yang keluar dari sistem yang ada, guna memenuhi hasrat keingintahuan mereka. Selain itu tipe anak seperti kami adalah anak out of the box, yang selalu tidak puas dengan apa yang telah ada. Kegiatan penelitian yang saya dan teman-teman lain lakukan adalah cara kami menyukai ilmu pengetahuan.

Walaupun banyak kendala dan masalah, yang harus dihadapi ketika memilih dunia penelitian siswa. Sangat banyak juga manfaat yang dapat dirasakan, dari kegiatan penelitan ini. Dengan kita melakukan penelitian kita telah membuat loncatan besar, karena sesunguhnya penelitian meruapan makanan anak kuliah, jadi kita mencicil bekal kuliah. Penelitian juga akan menambah banyak wawasan keilmuan kita, yang tidak kita dapatkan di dunia sekolah biasa. Selain itu kita juga akan mencintai ilmu pengetahuan karena kita sekiranya faham bahwa proses penciptaan ilmu pengetahuan itu sulit.

Selain proses penelitian yang menghadirkan banyak manfaat, maka ketika penelitian kita diikutkan lomba manfaatnya pun juga sangat besar. Dari pengalaman yang pernah saya lalui. Selain kita dapat hadiah kita juga akan dapat banyak teman. Bahkan di OPSI 2010 kemarin semua finalis mendapat uang pembinaan sebesar 1 juta, bentuk penghargaan pemerintah atas penelitian siswa. Pengalaman berharga mulai dari bertemu dengan orang-orang penting di negeri ini. Bertemu dengan dosen-dosen universitas ternama yang selalu menjadi juri dalam lomba penelitian. Bahkan ada beberapa universitas yang langsung menerima para juara lomba penelitian tanpa tes.

Di ISPO 2010 yang saya ikuti ketika baru menginjakkan kaki di MAN Yogyakarta 3, para juara akan dikirim langsung ketingkat internasional, kebebrapa negara di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika. Yang selalu menjadi tradisi dalam setiap lomba kita selalu di ajak jalan-jalan kebebrapa tempat wisata di Jakarta, TMII, Ancol, Dufan dll.

Foto Kontingen OPSI 2010 Prov DIY membawa juara umum

Penelitian siswa sangat banyak sekali manfaatnya sehingga terlalu panjang untuk diceritakan, agar merasakan manfaatnya langsung, mari kita mulai melakukan penelitian dari sekarang wa bil khusus adik-adik dan teman-teman di mayoga mari kita bangkitkan atmosfir penelitian siswa di sekolah kita tercinta, sangat menaruh harapan besar untuk KIR Mayoga dapat membudaya. FUN WITH KIR.

Sekalipun nasib memberi kita umur yang panjang, jika kita tetap diam dan tidak melawan maka keadaan kita akan tetap beku. Karena kita hanya diam sebagai budak penurut, tidak ikut memusnahkan sebab kebekuan itu sendiri

66 Tahun, sejak kebebasan itu kita raih bersama. Sang waktu telah berjalan begitu cepat, tak terasa darah untuk kebebasan itu mungkin sudah kering atau bahkan hilang tanpa jejak. 1945 para pejuang, telah merebut hal yang selama ini dikurung, kemerdekaan,kebebasan setiap manusia, kini telah kembali. Dan indonesia merdeka, berkat keberanian mereka untuk menentang,membrontak demi kebebasan dan kemerdekaan. Keberanian mereka membrontak dan melawan kesewenang-wenangan telah membuat rakyat indonesia bebas.

Sekarang semua bebas, setiap individu memiliki hak untuk kebebasannya. Dan semua berjalan lancar, semua orang bisa bicara tanpa harus takut di teror, semua orang bisa menulis tanpa harus takut dicekal, semua orang bisa melawan kebijakan pemerintah yang sewenang-wenang tanpa harus takut ditembak mati. Dan kini aku melihat jalan-jalan penuh lautan manusia, berteriak, bahkan melempar batu, dengan membentangkan kain bertuliskan ejekan untuk setiap yang yang tidak sesuai dengan idealisme mereka. Rakyat berani bersuara. Tapi saya rasa tak semuannya faham.

Kebeasan bukan berarti kita menentang semuanya, tetapi kita harus berani terhadap semua yang tidak sesuai dengan prinsip yang benar. Berani menentang, berani bersuara, dengan jalan kita masing-masing. Prinsip kebenaran tidak datang dengan sendirinya, bahwa kebenaran tidak datang dari langit, kebenaran mesti diperjuangkan menjadi benar, begitu kata Pramoedya Ananta Toer, penulis indonesia yang sangat berani menentang kesewenang-wenangan, dengan konsekuensi apapun, akibat perbuatannya.

Di tengah uforia kebebasan itu, Akhirnya aku sadar masih ada kebebasanku yang terkurung, mungkin lebih tepatnya bukan kebebasanku saja tapi kebebasan aku dan teman-temanku sesama pelajar. Selama ini tak kusadari bahwa ada guru yang selalu menuntut muridnya sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Dan ini telah merenggut kebebasan seorang murid. Ini sedikit ceritaku. Ketika saya sukses dengan sebuah bidang yang tidak biasa, sebuah bidang yang mungkin menurut sebagaian guru tidak ada hubungannnya dengan pelajaran. Tapi bidang tersebut bisa mengantarkan saya seorang murid mencapai kesuksesan dan pencapaian impian.

Disinilah letak masalah itu, dimana seorang guru tersebut memaksa saya (murid) mengikuti impiannya, nilai bagus, dan doktrin pemaksaan untuk menyukai pelajaran yang beliau ajarkan itu yang ada dipikiran seorang guru yang saya maksut, tapi apakah arti sebuah nilai, nilai bermanfaat banyak kah bagi orang lain. Itu masih menjadi tanda tanya sangat besar, yang saya herankan kenapa seorang guru tersebut memaksa dengan keras muridnya untuk sesuai dengan pemikirannya. Apakah guru tersebut tidak pernah tahu fakta bahwa setiap orang memiliki perbedaan, tujuan, impian, dan cara tersendiri untuk kesuksesannya. Atau jangan-jangan guru terrsebut buta akan perbedaan setiap manusia. Dan saya tekankan bahwa murid manusia yang memiliki kebebasan untuk memilih. Dan dalam setiap pilihan itu konsekuensinya buruk maupun baik, yang menangung adalah si murid sendiri. Fahamkah itu kau guruku. Bahwa rasa hormat kami kepada engkau guruku, adalah rasa hormat biasa, rasa hormat seoarang murid kepada orang yang mentransferkannya ilmu, tak lebih dari itu. Maka kau guruku tak sedikitpun mempunyai hak untuk mengekang kebebasan kami, dan membuat kami seperti pemikiranmu yang tak pernah keluar dari tempurung kelapa.

Kami mempunyai dunia sendiri, dan dunia anak seperti saya dan yang lain lebih luas,. Tidak hanya dunia yang selama ini kau jalani monoton, dunia yang hanya mengejar nilai, yang manfaatnya belum jelas. Ketika saya mulai berani menentang semua pemikiran seorang guru tersebut, akibatnya dalam setiap kelas beliau, sindiran atau mungkin lebih tepatnya cemoohan setiap hari saya terima. Mungkin itu cara anda perhatian kepada saya dengan mengingatkan saya, bahwa saya keluar jalur yang seharusnya. Saya rasa mengingatkan tidak harus dengan kata-kata ejekan yang diulang setiap pertemuan. Dan saya juga bukan kerbau dunggu yang perlu terus diingatkan. Anda bukan hanya mengingatkan tapi dengan cara anda seperti itu, anda telah memaksa saya, dan ini berarti anda memotong kebebasan saya sebagai murid. Tapi karena saya faham itu hak anda guruku, sebagai manusia yang juga memiliki kebebasan, tapi yang perlu anda ketahui wahai guruku cara anda mengunakan kebebasan telah memotong hak kebebasan orang lain, selama ini kata-kata anda hanya melintas ditelingga saya, tak lebih dari itu, sebuah kesia-sian jika kata-kata anda membatu dalam hati saya, karena saya pikir kata-kata itu tak ubahnya suara katak disiang bolong.

Saya sebagai murid bukan budak yang selalu menuruti perkataanmu wahai anda guruku. Ketika anda selalu bilang bahwa bahwa sukses itu ....seperti ini,,,seperti itu....ya itu jalan anda. Saya sebagai murid mempunyai jalan sendiri. Dan tugas anda hanya mendidik saya, mencapai jalan yang saya inginkan. Bukan malah memaksa saya mengikuti jalan anda. Saya bukan kerbau ataupun budak yang selalu mengikuti majikannya. Dan kau guruku, kau bukan malaikat yang selalu benar, dengan jalanmu sendiri. Bahwa saya berani menentang anda karena saya yakin saya dengan tujuan,impian, dan cara saya adalah benar, dan kebenaran saya akan saya perjuangkan.

Saya sadar sepenuhnya itu memang kewajiban saya sebagai murid untuk belajar. Tapi bukan berarti saya belajar untuk menyamakan pemikiran dengan anda guruku. Bahwa saya mempunyai kebebasan. Dan anda juga mempunyai kebebasan. Saya rasa anda telah mengebiri kebesan saya sebagai murid. Saya tidak butuh nilai, nilai bukan paramater kebermanfaatan manusia untuk manusia lain. Tak selamanya budak akan menjadi budak dan tak selamanya malaikat akan terus benar.

Kita mempunyai kebebasan, Kita selamanya akan menjadi budak, Jika kita tidak berani membrontak dan melawan, guru bukan Tuhan yang setiap perkataannya harus kita turuti


Danang tri p

Yogyakarta 31 1 11