Seorang lelaki melaju di tengah hujan
tetapi badanya tak sudi dibasahi air
hujan dibenci
tapi apa yang bisa dilakukan laki-laki yang membenci hujan
10-12-13 kost ijad
Selasa, 10 Desember 2013
HUJAN (2)
jika panas menguapkan apa saja
maka hujan meredam setiap yang dibasahinya
apa yang menguap akan hilang dan pergi
tetapi apa yang diredam
dia hanya sembunyi
suatu saat akan kembali
10-12-13
di kost ijad pinggir kali gajah wong
maka hujan meredam setiap yang dibasahinya
apa yang menguap akan hilang dan pergi
tetapi apa yang diredam
dia hanya sembunyi
suatu saat akan kembali
10-12-13
di kost ijad pinggir kali gajah wong
rintik
Katakan padaku apa yang tak dihapus hujan sore ini
9-12-13
mbantul, di kost yang banyak nyamuknya
9-12-13
mbantul, di kost yang banyak nyamuknya
HUJAN (1)
Hujan tak mengajari bagaimana menghapus kesedihan
hanya dia ingin berkata
siapa mahluk bumi yang bisa menolak air yang jatuh dari langit
10-12-13....di kost ijad...disamping sungai gajah wong
hanya dia ingin berkata
siapa mahluk bumi yang bisa menolak air yang jatuh dari langit
10-12-13....di kost ijad...disamping sungai gajah wong
Minggu, 08 Desember 2013
sendiri??
Sejak itu aku meragukan kesendirian
Setiap jiwa tumbuh dimana saja
Lalu adakah yang disebut kesendirian
Di pucuk malam yang sepi ia sendiri
Duduk merjalalela bersama sepi yang menarinari
Tak kaudengarkah angin yang bercerita tentang
kelembutan padanya
Tak kau dengarkah petang yang mengeluh dia
selalu di takuti
Tak kau dengarkah pengakuan bintang tentang
percintaannya dengan awan
Atau daun-daun yang berpesta merayakan
kesedihan angin
Lalu apakah yang disebut kesendirian
Sedang ia ternyata tak duduk bersama sepi
27 11 13 bantul…..jingklonge
akeh tenan wengi-wengi
INGATAN
“
sampai kapan kau akan disini?” suara itu tiba-tiba saja terdengar begitu jelas.
seolah benar-benar terbisikan dengan jarak 5 cm dari daun telingaku.
Kadang
ingatan-ingatan benar menyusahkanku. Dia datang begitu saja, dan ketika aku
menyuruhnya pergi, dia malah semakin dekat. Aku benar-benar tak berkuasa apapun
di depan ingatan. Duniaku bisa dia lipat dengan cepat. Aku sudah berjalan di
ujung sebuah kertas putih panjang, tetapi ingatan datang dan melipat jarak
panjang yang kutempuh, sehingga yang aku tahu tiba-tiba saja aku duduk di
tempat aku pertama berjalan.
Sekarang
pun aku sedang disiksa oleh mahluk yang bernama ingatan itu. “sampai kapan kau
akan disini?”. Tak ada yang bisa menjawab pertanyaan ingatan dengan jelas dan
panjang. jawaban apapun tak bisa memuaskan ingatan. Teteapi aku sudah cukup
berpengalaman bercengkrama dengan ingatan. Jawaban yag memuaskan ingatan
hanyalah, bahwa aku harus berhenti, diam dan mungkin duduk menekuk lutut.
Setelah itu aku akan membiarkan diriku berjalan-jalan bersama ingatan,
menjelajahi waktu yang sudah berada di belakangku.
“sampai
kapan kau akan disini”
“sampai
langait benar-benar bercerita kepadaku”
“itu
tak mungkin” gadis disampingku menjawab ketus.
“aku
tak peduli”
“kau
gila” gadis itu semakin ketus
“aku
tak peduli”
Aku
merasakan gadis itu sekarang sangat dekat disampingku. Dia yang dari tadi
berdiri sekarang sudah duduk menekuk lutut disamping punggungku.
“kenapa
kau diam” aku sengaja membuka pembicaraan lagi dengan gadis itu
“
aku menunggu langit benar-benar bercerita kepadaku” jawabnya santai
“
kau meniruku”
“terserah”jawab
gadis itu ketus
Aku
merasakan langit tergangu sejak kedatangan gadis itu disampingku. Tapi mau
bagaimana lagi. Dia juga bagian dari ingatanku. Akhirnya kami berdua
benar-benar menunggu apa yang diceritakan angin. Tentang apa?. Kami berdua juga
tak tahu. Hanya ingatan yang berkuasa menentukan apa yang akan diceritakan
angin kepada kami berdua.
Malam
semakin larut. Langit tak jung jua bercerita. Atau aku yang tak mendengarnya.
Entah bagaimana dengan gadis dsampingku itu. Dia sama dneganku sejak obrolan
terakhir kami, dia diam, aku juga diam. Diam kami berdua adalah isyarat bagi
angin untuk segera bercerita. Tentang apapun, sesuai yang diperintahkan ingatan
padanya.
Mata
ku sudah tak kuat lagi. Akhirnya aku memutuskan memebaringkan diri. Yang
kusadari saat itu hanya, lima menit setelah aku membaringkan diri, aku sudah
terlelap. Gadis itu aku lihat masih duduk menekuk lutut. Aku sduha tak peduli
dengan daun-daaun ilalang yang tajam ujung-ujungnya. Atau dengan ingatan masa
kecilku disini adalah bekas kuburan cina yang sangat besar. Sampai sekarangpun,
dibeberapa titik masih terlihat sarkofagus yang menyembul ketanah, bersama
lisan-lisan, yang aku tak pernah tahu rangkaian huruf apa yang tertulis di
bentanganya.
“waktu
itu langit bercerita apa kepadamu” tanyaku pada gadis itu.
Dia
terdiam lama sekali, mungkin lupa. Wajar kejadian itu sudah dua minggu yang
lalu, saat kami berdua duduk dipadang ilalang yang luas. Dan lalu aku tertidur
begitu saja. Sekarang kami berdua telah meninggalkan kampung halaman kami.
Libur semester memang kadang terasa pendek sekali. aku tak tahu apa yang membuatnya terasa pendek. Akankah ini ulah
ingatan lagi.
“tentang
seorang lelaki yang belajar melupakan ingatan”
“bagaimana
ceritanya?” tanyaku pada gadis itu, yang sekarang menyandarkan tubuhnya di
dinding
“
laki-laki itu selalu merasa disiksa oleh ingatanya”
“
bagian mana dari ingatanya yang paling membuat laki-laki itu tersiksa?” tanyaku
pada gadis itu, agar ia melanjutkan cerita
“20
tahun yang lalu ketika ia berumur 6 tahun ibunya mati, terserang penyakit TBC
akut”
“
bukankah memang semua orang akan mati” tanyaku memutus ceritanya
“ia,
tetapi ibu lelaki itu begitu berarti, lelaki itu tak bisa benar-benar jauh dari
ibunya.”
“
kenapa tidak dibawa kedokter?”
“jangankan
dokter untuk makan setiap hari saja keluarga itu kesusaha.” “sejak kematian
ibunya laki-laki itu hanya tinggal seorang diri. Ayahnya lama meninggal sejak
ia dalam kandungan.” Kata langit “ laki-laki itu sampai sekarang hidup sendiri.
Dalam hati laki-laki itu, melakukan pencarian untuk menemukan separuh hatinya.
Ia percaya pesan ibunya sebelum meninggal, bahwa kau harus temukan seorang
perempuan yang memebawa separuh kebahagiaan kecil dari hatimu. Kecil seklai
kebahagiaan itu. Sebenarnya kau hidup tanpanya bisa. Jika kau bisa membaca
bahasa cinta yang disuarakan kebahagian-kebahagiaan kecil yang sedang
bersembunyi disekitarmua” cerita gadis itu panjang padaku.
Aku
mendengarkannya dengan penuh perhatian.
“Kenapa
kau berhenti bercerita” tanyaku pada gadis itu yang sedang termanggu
“
hanya itu yang bisa kudengar dari bahasa angin”
“Terimakasih
kau bercerita kepadaku”
“sama-sama,
sampai jumpa lagi” gadis itu meninggalkanku, langkahnya kecil-kecil menapaki
gugusan bungga yang dinatam berbentuk lingkaran.
Aku
ditinggalkanya sediri, kini tinggal aku berdiri bersama ingatan. Setelah cerita
gadis itu, tiba-tiba saja kepalaku terasa berat dan pening. Sekuat tenaga aku
berusaha menopang tubuhku. Kucoba dengan tenaga yang tersisa melangkah menuju
ruangan istirahat terdekat dari tempat ini.
***
Yang
teakhir kuinggat adalah kakiku yang berhasil menjejak lima langkah dari
tempatku berada dibawah pohon cemara besar. Aku juga masih ingat bagaimana
gadis itu meninggalkanku dnegan langkah kecilnya. Memang ingatan selalu bisa
berkuasa lebih atas sebagian kejadian hidupku.
Setelah
lima langkah jejak kakiku, aku seperti memasuki salah satu bagia dunia yang
sangat indah. Aku tak ingat itu dimana. Yang jelas aku berjalan terus saja,
smabil terpesona melihat putik-putik melati yang merekah. Bau harumnya memancing
ingatanku tentang ibu.
Benar
saja, dikejauhan aku melihat ibu duduk dibawah pohon mangga yang sangat besar.
Dari belakang aku sudah sangat mengenal perempuan itu, ia pasti ibuku. Rampaut
yang digelung lalu dua sisipan bunga melati menghiasi gelungan rambutnya.
Begitu
aku mendekat ibu menolehkan muka padaku.
“
anakku” sapa ibu
“iya
bu” aku ingin memeluk ibuku tapi kenapa aku berdiri mematung di titik itu
terus.
“kau
telah dekat dengan pencarianmu, semua keputsan ada ditanganmu. Kau mau
mendengarkan bahasa cinta yang banyak disuarakan kebahagian-kebahagiaan kecil
dismapingmu. Atau kau ingin mencari separuh hatimu dalam kebagiaan kecil yang
tersimpan di hati kecil gadis berambut kriting itu. Ibu percaya padamu”
***
Mataku
memebuka dan tiba-tiba cahaya terang lampu 20 watt diatas ku benar-benar
menganggu ruangan ini putih semua. Aku terbaring dengan tanan tersulur slang
infus. Dari kejauhan, dibalik pintu kamar terlihat dengan jelas suster yang
sedang berlalu-lalang.
Aku
tersadar bahwa sebelum ini aku bermimpi bertemu ibuku. Setelah maut lama sekali
memisahkan kita.
“kau
telah dekat dengan kebahagiaan dan suara cinta kecil, yang selama ini kau cari”
Ingatan
haruskah aku percaya bahasamu.
Langganan:
Postingan (Atom)