-

_dalam setiap kata yang kau baca,
selalu ada huruf yang hilang
kelak kau pasti akan kembali menemukanya
di sela kenangan penuh ilalang__


Senin, 28 November 2011

Ya Rosululloh

Aku ingin seperti santri berbaju putih yang tiba-tiba datang menghadapmu

Duduk menyentuhkan kedua lututnya pada lutut agungmu

Dan metelakkan kedua telapak tanggannya diatas paha-paha muliamu

Lalu aku akan bertanya

Ya Rosululloh tentang Islamku

Ya Rosululloh tentang Imanku

Ya Rosululloh tentang ihsanku

Ya Rosululloh mulut dan hati bersaksi tiada Tuhan selain Allah

Dan engkau ya Rosululloh utusan Allah

Tapi kusembah juga diriku, astagfirulloh

Dan risalahmu hanya kubaca bagai sejarah, Ya Rosululloh

Setiap saat jasadku shalat

Setiap kali tubuhku bersimpuh

Diriku jua yang kuinggat

Setiap saat kubaca shalawat

Setiap kali tak lupa kubaca salam

Assalamualaika ayyuhannabiyyu warahmataullahi wabarakatuh

Salam kepadamu wahai nabi juga rahmat dan berkat Allah

Tapi tak pernah kusadari

Apakah dihadapanku kau menjawab salamku

Bahkan apakah aku menyalamimu

Ya Rosululloh ragaku berpuasa dan jiwaku kulepas bagai kuda

Ya Rosululloh setiap kali kubayar zakat

Dengan niat dapat balasan kontan dan berlipat

Ya Rosululloh, aku pernah naik haji dengan menaikkan gengsi

Ya rosululloh sudah islamkah aku?

Ya Rosululloh aku percaya Allah dan sifat-sifatnya

Aku percaya malaikat, percaya kitab-kitab suciNya, percaya nabi-nabi utusanNya,

Aku percaya akhirat, percaya kodho kodhar seperti yang kucatat dan kuhafal dari ustad

Tapi aku tak tahu

Seberapa besar itu mempengaruhi lakuku,

Sudah imankah aku Ya Rosululloh.

Ya Rosululloh setiap kudengar panggilan aku menghadap allah

Tapi apakah Dia menjumpaiku

Sedang wajah dan hatiku tak menentu

Ya Rosululloh dapatkah aku berihsan

Ya Rosululloh aku ingin menatap mu mesti sekejap

Wajahmu yang elok mengerlap

Setelah sekian lama mataku hanya menangkap gelap

Ya Rosululloh aku ingin merekuh senyummu yang segar

Setelah dahaga di padang kehidupan hampir membuatku terkapar,

Ya Rosululloh meski secercah teteskan padaku cahayamu

Buat bekalku sekali lagi menghampiriNya.

_KH MUSTOFA BISRI

Sabtu, 26 November 2011

TAHUN BARU JIWA BARU




Cepat sekali, sudah tahun baru Hijriah. Kalau biasanya selalu ada terompet dan berbagai macam pernak-pernik, dan tak lupa berbagai jenis hiburan digelar, pada tahun baru masehi. Lain hal dengan hijriah, tahun baru umat islam, umat yang katanya mayoritas di dunia ini, selalu sepi. Bukan karena apa-apa, momentum tahun baru hijriah banyak digunakan oleh umat islam dengan melakukan muhasabbah, menghitung-hitung dosa di tahun lalu, dan berharap kemurahan Tuhan untuk mengampuninya. Melihat diri kita sendiri atau istilah kerennya instropeksi. Inggat ini bukanlah pekerjaan mudah, manusia selalu ingin terlihat sempurna, termasuk dihadapan diri sendiri dan Tuhannya. Saya tidak bisa memberikan solusi padda teman-teman sekalian tentang cara instropeksi yang baik, karena bagaimanapun juga setiap orang meiliki cara sendiri-sendiri. Tak putus asa, saya rilis kembali puisi dari Romo DR.KH Mustofa Bisri, judulnya Tahun Baru, puisi ini bisa anda renungkan setiap syairnya. Saya meilih puisi tersebut terlebih karena memang puisi tersebut bagi saya bisa saya jadikan bahan perenungan Tahun Baru, sebuah puisi tentang penyadaran kembali nilai-nilai luhur al quran dan ajaran kekaksih besar Muhammad SAW. Berikut puisinya. Dan selamat tahun baru buat kawan semunya.semoga selalu saling mendoakan
TAHUN BARU
Selamat tahun baru kawan
Kawan sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan sebelum kita dikhisabnya
Kawan, siapakah kita ini sebenarnya?
Musliminkah, mukminin, muttakin, khalifah Allah,
Umat muhammad kah kita khoiro ummatinkah kita
Atau kita sama saja dengan mahluk lain
Atau bahkan lebih rendah lagi
Hanya budak-budak perut dan kelamin
Iman kita pada Allah dan yang ghaib
Rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan
Lebih pipih dari kain rok perempuan
Betapapun tersiksa kita khusuk di depan masa
Dan tiba-tiba buas dan binal justru saat disaat sendiri bersamanya
Syahadat kita rasanya seperti perut bedug
Atau pernyataan setia pegawai rendah haja, kosong tak berdaya
Sholat kita, rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu
Lebih cepat dari pada menghirup kopi panas
Dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda
Doa kita sesudahnya justru lebih serius
Kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia di sorga
Puasa kita rasanya sekedar merubah jadwal makan, minum
Dan saat istirahat tanpa menggeser jadwal buat syahwat
Ketika datang lapar atau haus kitapun manggut-manggut
Ohh beginikah rasanya
Dan kita sudah merasa memikirkan saudara-sudara kita yang melarat
Zakat kita jauh lebih dari berat terasa
Dibanding tukang becak melepas
penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia,
Kalaupun terkeluarkan harapanpun tanpa ukuran
Upaya-upaya tuhan menggantinya berlipat ganda
Haji kita tak ubahnya tamasya menghibur diri
Mencari pengalaman spiritual dan material membuang uang kecil dan dosa besar
Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi haji
Kawan, lalu bagaimana, bilamana dan berapa lama kita bersamanya
Atau kita justru sibuk mengatur bumi dan seisinya,
Mensisati dunia sebagai kholifahnya,
Kawan tak terasa kita memang semakin pintar
Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita
Paling tidak kita semakin pintar berdalih
Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan
Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran
Melacur dan menipu demi keselamatan
Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan
Memukul dan mencacai demi pendidikan
Berbuat semanunya demi kemerdekaan
Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman
Membiarkan kemungkaran demi kedamaian
Pendek kata demi semua yang baik
Halallah semua sampai pun yang paling tidak baik
Lalu bagaimana para cendekiawan dan seniman
Para mubalig dan kiayai penyambung lidah nabi
Jangan ganggu mereka
Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya
Para seniman sedang merenungkan apa saja
Para mubalig sedang sibuk berteriak kemana-mana
Para kiyai sedang sibuk berfatwa dan berdoa
Para peminpin sedang mengatur semuanya
Biarkan mereka diatas sana
Menikmati dan merapati nasib dan persoalan mereka sendiri
Kawan selamat tahun baru
Belum tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri

Pojok perjuangan YK-26-11-11

Kamis, 24 November 2011

NEGERI LATAH

Betapa hebatnya negeriku ini

Indonesia nama populernya

Negeri latah nama aslinya

Orang-orangnya adalah bangsa latah

Disini orang-orang bangga dengan apa yang dilakukan

Bangga menjadi orang-orang peniru

Ha..ha..haa

Hidup bangsa latah

Ketika negara tetangga membuat Rintisan sekolah bertaraf Internasional

Dengan banga masyarakat latah ikut membuat RSBI

Rintisan sekolah bertarif internasional

Bermodal gedung bekas kandang kambing

Bersama pengajar yang katanya pandai membimbing

Kita bangsa latah menjadi lintah penghisap darah

Menghisap darah anak didik

Demi status Industri Pendidikan Internasional

Hahah...haha..

Di negeri latah

Para pemimpinya latah

Banyak dari mereka memamerkan kelatahannya dengan bangga

Lihatlah, pemuda-pemuda negeri latah

Ha.haha...mereka juga ikut latah

Beri aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia

Itu kata pembesar negeri latah yang sangat dihormati

Lalu pemuda-pemuda negeri latah menyahut

Beri aku sepuluh pemuda maka akan aku buat boyband

Ha.ha..ha..

Biarkan mereka masyarakat di negeri latah

Tetap sibuk dengan kelatahannya

Mari kita biarkan mereka

Pojok perjuangan Yk 21-11-2011

SISWA SABLENG

-----11-24-2011----

Hari ini akan ada TPM UN (test pendalaman materi UN).

Pagi-pagi sekali ketika kaki ini akan melangkah, tiba-tiba ponsel berdering..kringg..kringg (bunyinya kaya sepeda ya..). temenku dengan nada panik bertanya :

U: Nang Udah TPM MATEMATIKA?

D: belum e, baru hari ini

U: tau nggak materinya nanti apa, aku belum belajar e, gmana ya kalau nilaiku jelek

D: (schock, hah...dalam hati..sangat kaget, wahh rajin bener orang ini, dan spertinya salah orang buat bertanya masalah materi matematika aku aja belum belajar sama sekali) aduhh ribet amat sih, santai aja kali....

U: Welah ak tu nggak tahu sama sekali materinya apa

D: Lhaa apa emang aku tahu, belajar aja aku belum (ingat..yaa adek2 yang baik jangan dicontoh)

Dan akhirnya setelah waktu yang lama (cieileh alay lu bang).. TPM pun tiba, terettt...20 soal matematika materi seputar fungsi kuadrat...setelah lama membolak-balik soal wahh..ternyata dari 20 soal tak ada satupun yang bisa aku kerjakan dan yakin itu benar. Akhirnya waktu mengerjakan yang 90 menit, bngung mau ngapain... yahh sperti biasa gambar-gambar dan coret-coret kertas ujian...dan tiba-tiba (dorr....) ketika itu tangan-tangan kecilku (bohong banget bukannya tangan lu besar bang)...tergerak untuk menulis puisi...ini puisinya teman-teman

MATEMATIKA

Aduh sudah kuduga

Setiap saat, setiap waktu

Saat dia dengan tiba-tiba muncul

Saat dia sudah di depan mata

Otak rasanya tak berfungsi

Dan pikiran rasanya hilang

Dia itu siapa..

MA TE MA TI KA

Hahaha........

Seperti batu dihadapkan pada batu

Diam tak berkutik

Hahaha....

Sampai mungkin hal ajaib akan terjadi

Ketika alat tulis berjalan memilih jawaban sendiri

A..B...C....D....ataukah... E

Ada pelajaran besar yang terselip pada kisah hari ini, jangan mensiasiakan waktu untuk hal yang tak berguna, bengong dan hanya melihat soal matematika adalah hal yang tidak bermanfaat. Kalau kamu suka ngambar, dari pada pusing mikir jawaban....gunakan waktumu untuk ngambar..kalau kamu suka nulis cerpen/puisi...gunakan waktunya untuk hal itu. Ingat setiap manusia selalu memiliki kelebihan yang berbeda-beda. Mungkin temanku ada yang bisa mengerjakan soal matematika, dan sangat mungkin dari keseluruhan temanku hanya aku yang bisa menulis puisi saat ujian matematika (cie...ati2 ...besar kepala lu). Endingnya 5 menit terakhir seperti bait terakhir dalam puisi ku

Sampai mungkin hal ajaib akan terjadi

Ketika alat tulis berjalan memilih jawaban sendiri

A..B...C....D....ataukah... E.

Semuanya akan terasa mudah jika kita merasakannya sebagai hal mudah (DTP)...

Yassir wala tuassir


-----pOJok perjuangan YK-24-11-11

Selasa, 15 November 2011

BELAJAR MEMAHAMI ISLAM BERSAMA CAK NUR



Judul : Api Islam Nurkolis Madjid, Jalan Hidup Seorang Visioner

Penulis : Ahmad Gaus A.F

Penerbit : Kompas

Cetakan : Agustus 2010 (pertama)

Tebal : 382

Kemungkinan besar dikalangan generasi muda Islam belum banyak yang mengenal sosok Nurkholis Madjid. Saya sendiri mengenal sosok ini melalui buku-buku dan pemikiran-pemikirannya tentang Islam baru setelah Saya kelas XI MAN. Sebenarnya Saya sudah mengenal sosok ini jauh ketika Saya baru lulus SD, tetapi lingkungan pendidikan agama yang “ketat” memaksa Saya untuk menaati peraturan, tidak boleh membaca buku Cak Nur, (panggilan akrab beliau) karena saat itu gagasan besar Cak Nur disalahfahami, sehingga banyak institusi pendidikan agama yang melarang membaca buku beliau.

Bagi anda yang ingin mengenal Cak Nur, buku karangan Ahmad Gaus AF ini akan cukup membantu. Disajikan sebagai sebuah biografi singkat tentang perjalanan hidup seorang guru bangsa. Buku ini secara keseluruhan membahas mulai dari kelahiran Cak Nur, proses pendidikannya, dan kerja kemanusiaan beliau di Indonesia sebagai pemikir ulung.

Dilahirkan di dilingkungan pesantren dari seorang ayah H. Abdul Madjid, ayahnya adalah santri dari tokoh besar pendiri NU, Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari. Cak Nur memulai pendidikan dari Sekolah Rakyat, KMI (Kulliyatul Mualimin al Islamiyah) Pondok Modern Darussalam, Gontor Ponorogo, IAIN Syarif Hidayatulloh, Jakarta hingga Studi Doktoral di Universitas Chicago Amerika Serikat, dibawah bimbingan ulama pembaharu asal Pakistan Prof. Fazlur Rahman.

Buku ini penting karena memberikan uraian gagasan “ asli” Cak Nur yang belum disaalahfahami. Gagasan besar beliau yang berupa Sekularisasi, Liberalisasi, dan Islam Yes, Partai Islam No, sekularisasi yang dimaksud Cak Nur bukanlah sekularisme yang dikenal di barat. Tetapi sekularisasi sebagai salah satu bentuk liberalisasi atau pembebasan terhadap pandangan-pandangan keliru yang sudah mapan. Proses pembebasan ini diperlupakan karena umat Islam, akibat perjalanan sejarah tidak sanggup lagi membedakan nilai-nilai yang disangkanya Islami. Singkatnya, umat Islam sulit membedakan mana yang benar-benar niali dasar Islam yang tidak bisa dirubah dan mana nilai fiqh yang selalu harus mengalami perubahan sesuai konteks zaman. Liberalisasi, atau pembebasan, dalam pandangan cak nur, umat islam Indonesia mayoritas terperangkap dalam symbol-simbol agama dan doktri-doktrin yang sebenarnya bukan nilai dasar islam. Sehingga hal tersebut mempengaruhi praktek keberagamaan kita, dan tentunya akan menghalangi kita untuk menyerap pesan dasar islam yaitu Rohmatan Lil Alamin, agama kasih sayang, agama toleransi dan agama yang menghargai kebebasan.

Jika Mesir memiliki Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, para cendikiawan muslim yang selalu menjadi “kiblat” bagi perkembangan pemikiran Islam di dunia. Tidak jauh dari dua sosok itu Indonesia memliki penerus Rasyid Ridha dan Abduh dialah Nurkholis Madjid, seorang yang dikenal sebagai pemikir Islam paling kontroversial. Pandangannya tentang Sekularisasi, Liberalisasi, Islam Yes Partai Islam No, tidak ada Negara Islam, hingga pluralisme agama telah menyulut perdebatan panjang. Ketika dunia politik kita hanya maf’hum dengan kebijakan Soeharto, Cak Nur mendobraknya dengan seruan oposisi, hingga pancasila sebagai ideologi terbuka.

Buku ini merekam jejak perjalanan seorang visioner, petualangan intelektual, obsesi, kesahajaan, dan sikapnya dalam menghadapi badai kritik, hujatan dan fitnah. Disajikan dengan bahasa intelektual yang ringgan dan mudah difahami, membuat kita dengan mudah serasa akrab dengan sosok guru bangsa Cak Nur. Selain itu dilengkapi dengan berbagai gambar, juga semakin membuat kita asik membaca perjalanan hidup sang visioner.

Kekurangan buku ini menurut Saya, penulis pada bab tertentu terkesan subyektif. Seperti dalam kutipan berikut“Pemikiran Islam di Indonesia, dewasan ini tidaklah lebih dari catatan kaki atas pemikiran Nurkholis Madjid” . akan tetapi subyektifitas ini memang sulit dihindarkan dalam sebuah peryatannnya pada kata pengantar penulis mengatakan sebagai berikut ” sebisa mungkin Saya berusaha obyektif, tetapi bagaimanapun Cak Nur adalah guru Saya, sehingga tidak sepenuhnya Saya bisa melepaskan unsur subyektifitas”.Tetapi ini tidak bermasalah, buku ini tetaplah sangat menarik untuk kita baca.

Bagi generasi muda yang ingin lebih mengenal Cak Nur serta mencari teladan dan mereka yang ingin memahami Islam secara benar Saya sangat menyarankan untuk membaca buku ini. Bagaimanapun juga dengan membaca buku ini anda akan mendapatkan pencerahan intelektual tentang keberagamaan anda. K.H Mustofa Bisri ” Cak Nur adalah satu diantara sedikit orang yang memahami Islam secara benar.” Selamat membaca___


Pojok perjuangan YK-12-11-11