-

_dalam setiap kata yang kau baca,
selalu ada huruf yang hilang
kelak kau pasti akan kembali menemukanya
di sela kenangan penuh ilalang__


Rabu, 05 Februari 2014

Hujan Bibir Kita


Hujan. Sampai kapan kita akan puji sapardi. Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni katanya. Gadis kecil diseberangkan gerimis. Lirik-liriknya memukau kita. Iya kan, kau juga terpukau, saat kita sedang duduk menyatukan lutut pada dagu kita yang lelah. Kau terpukau kan. Akupun jug ia. Tapi sampai kapan kita kekalkan pukau ini, sayang. Sampai kapan. Pada hujan kita akan terpukau.

Sampai
          Kapan
Sayang
      Setelah
Sudah
Aku membaca
Gigilmu
Yang lucu itu
Dingin, iya kita kedinginan
Tapi
Bukan
Sebab
Hujan yang bijak itu

Hujan yang indah hanya dalam sajak
Tapi kita hidup di luar sajak

Memang hujan menghapus segalanya

Aku tak urung bisa menahanmu dengan kata-kataku
Kau sudah lama pergi, sayang

Tapi dusta dan pura-pura ku
Kekal dibawah hujan
Hujan
Tak
Menghapus
Dusta dan pura-pura

Ketika tiba tiba
Kau tekuk bibirku, dibawah bibirmu
Kita tak kuasa
Atau hanya aku yang tak kuasa Terpukau pada hujan
Saat gigil mulai Hilang
 ditekuk dua bibir yang gemulai



DARI JENDELA, MARI KITA TUKAR



(Ilustrasi lukisan, Srihadi Sudarsono,Boat at the beach)

Satu
Dua
Tiga
Empat
Sedang duduk merengangkan bahu
Bukan lelah
Dari layar itu berbunyi musik:
Contra bass yang dipetik keras
Cello yang digesek ritmis
Dua jendela menempel dinding tembok, seolah alis
Udara tak lagi ada
Hanya bau gelak tawa dari mulut yang menganga
Di pojok itu dua perempuan bekerjasama
Meracik martini, diatas meja
Di ujung yang lain
Drumm berdentun
Dan gitar dipetik keras sekali!!

Tembok yang angkuh
Tiang lampu yang kukuh
Tak juga berpindah tempat
Saat beberapa orang melangkah
Menuju kamar
Dan dari dalam kamar terdengar suara bahagia yang aneh sekali

Berapa harus kubayar suasana
Ku tukar dengan sunyi
Yang kabur dari pintu belakang

Selasa, 04 Februari 2014

Di Beranda Ini Angin Tak Kedengaran Lagi

Di beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit terlepas. Ruang menunggu malam hari
Kau berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar angin mendesak ke arah kita
Di piano bernyanyi baris dari Rubayyat
Di luar detik dan kereta telah berangkat
Sebelum bait pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum hari tahu ke mana lagi akan tiba
Aku pun tahu: sepi kita semula
bersiap kecewa, bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon pun berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan yang esok mungkin tak ada
1966