Misuh,
kata ini cukup trend di daerah jawa timuran, entah sebenarnya secara etimologis
atau terminologis misuh itu definisinya apa, saya belum tahu. Saya memahami
kata misuh itu sebagai kalau dalam bahasa indonesia itu umpatan. Misuh itu
biasanya dilakukan ketika kita marah
dengan seseorang, ada berbagai jenis kata yang biasanya digunakan untuk misuh
dan cukup populer sebagai berikut, : dancuk, asu, bajingan, bangsat dan masih
banyak lagi.
Misuh
itu menurut saya adalah ekspresi budaya rakyat jelata kita terhadap berbagai
tatanan kehidupan sosial yang merugikan dirinya. Ada pihak-pihak yang merusak
tatanan sosial masyarakat dalam segala bidang baik ekonomi, budaya, dan
lain-lain, pihak-pihak itulah yang biasanya menjadi sasaran pisuh-an
masyarakat. Tetapi dewasa ini misuh sudah menjadi sesuatu yang biasa, kita
dibohongi orang misuh, ban motor kita kempes di jalan juga kita misuh-misuh,
sampai tetanga saya di kampung karena tak dapat BLT lalu berkata “ SBY ASU,
Pemerintah bajingan”.
Banyak
orang yang mengatakan misuh sebagai sebuah prilaku tak terpuji. Mungkin orang
yang berkata begitu tidak pernah dihadapkan pada kenyataan sosial yang begitu
menghimpit sehingga misuh adalah pelampiasan paling murah. Orang yang
mengatakan misuh itu tak terpuji mungkin tak pernah merasakan sulitnya rakyat
kecil dalam keterhimpitan indutrialisasi harus mencari sesuap nasi. Sulitnya tukang
becak mencari penmupang ditengah menjamurnya Taxi dan angkutan umum bermesin
lainya. Kalau memang kita terlahir sebagai keluarga yang secara ekonomi mapan,
kita tak perlu ikut-ikut jadi tukang becak, kita hanya perlu melihat apa yang
ada dibalik relitas, mata kita harus kita latih untuk lebih tajam melihat
sebuah bingkai peristiwa. misuh itu adalah keseharian rakyat kecil kita, tukang
becak, glandangan, preman, kernet, sopir bus, petani, buruh mereka sangat dekat
dengan budaya misuh itu.
Kalau
kata cak nun (ehma ainun nadjib) Agama memang mengajarkan pada kita untuk
berkata yang baik-baik, tetapi dalam kondisi yang begitu tertekan misuh itu
boleh . Yang harus dipersoalkan bukan misuhnya, tetapi apa yang mendorong misuh
itulah yang harus kita lihat dengan cermat. Apakah kita akan menyalahkan dan
mengharamkan prilaku misuh rakyat kecil kita yang termiskinkan oleh sistem
negara yang tak pernah memihak pada rakyat. Bukankah negara yang tak
memihak pada rakyat itu dancuk namanya. Apakah
kita akan menyalahkan rakyat yang mengatakan pemerintah itu dancuk, sementara
dalam buktinya memang rakyat kecil kita seperti anak ayam tanpa bapak.
Sekarang
ada inovasi dari saya, bagaimana kalau mulai sekarang kita (termasuk yg nulis)
belajar untuk misuh i diri kita sendiri. Biasa kalau kita misuh atas kesalahan
orang-orang lain disekitar kita. Mari kita coba belajar menyalahkan setiap
perbuatan kita yang sangat bodoh. Saya sudah tahu kalau melihat gambar-gambar
porno itu adalah keburukan dalam berbagai aspek, tetapi kadang-kadang saya juga
masih mengulang melihat gambar porno. Bukankah ini sangat bodoh. Maka beranikah
saya mengatakan bahwa saya ini DANCUK, ASU, BAJINGAN,. Kadang saya juga masih
mengelak, bukankah melihat gambar porno itu manusiawi. Inilah manusia, inilah
saya yang semakin hari semakin cerdas tetapi semakin sulit untuk menjadi
manusia yang paling manusia. Jadi semakin saya cerdas semakin pula saya pandai
membungkus keburukan menjadi kebaikan. Lalu beranikah saya berkata DANANG
DANCUK TENAN, DANANG ASU TENAN. Sudah sangat jelas konsep bahwa bohong itu
perbuatan tercela dan hina, tetapi saya kadang juga masih berbohong untuk
menyembunyikan kejelekan saya. Bukankan saya asu dalam sikap itu.
Memang butuh keberanian untuk kita dengan
tegas menertawakan atau misuh-i semua kelakukan kita yang sangat lucu. Ini sangat
akan bermanfaat jika koruptor berani misuh-i dirinya sendiri, KPK dan polisi
tidak akan begitu aktif bertugas, jika koruptor setelah melakukan perbuatan
korupnya dengan tegas berani misuh-i dirinya sendiri, WAH ASU TENAN AKU, TIKUS
MALING DUWIT NEGORO. Tetapi kalau memang para koruptor berani misuh i dirinya
sendiri saya kok khawatir anggota dpr masuk penjara semua ya. Lebih asik lagi
kalau presiden kita berani misuh i dirinya sendiri, WAH DANCUK TENAN, AKU IKI
PRESIDEN OPO MOSOK KEKAYAAN ALAM TAK KASIHKAN AMERIKA, AKU BISA DIKENDALIKAN IMF
DAN AMERIKA, AKU IKI PRESIDEN ASU TENAN, MESAKKE RAKYATKU. Sudah-sudah mari
kita belajar misuh-i diri kita sendiri, mari kita menunduk memandang diri
sendiri dan selanjutnya berkata lantang ASU TENAN AKU INI. Semoga gustiallah memberikan nikmat agar kita dicurahkan keberanian
untuk misuh-i kelakukan kita sendiri, agar kita bisa menertawakan kebodohan
kita. Amin.
kediri 30-12-12. ditengah hasrat untuk misuh-misuh pada diri sendiri
kediri 30-12-12. ditengah hasrat untuk misuh-misuh pada diri sendiri