Siapa hendak merebut hidupku. Sekian sesal dan kecewa
isinya. Ketidakberdayaan nyawa yang menghidupkannya. Kesenangan dan kelimpahan
harta semangatnya. Siapa hendak merebut hidupku. Silakan saja. Sudah tidak yang
perlu kau hindari. Setumpuk buku sebuah mesin ketik masih menyala. Dari tuth
keyboardnya menguap tangan-tangan yang dulu pernah menari indah di atasnya. Tapi
hidupku lagi-lagi dipaksa tidak lahir dari semua itu
Sudah kukeraskan usahaku
Siapa hendak merebut hidupku. Silakan saja. Aku gagal
memahami diriku. Maka kuserah diriku pada siapa saja. Aku gagal memahami
langkah gerak kehidupanku. Maka kuserah hidupku pada siapa yang ingin
merebutnya. Ahh… ini juga masih proses. Sedikit dan mungkin sejenak saja, ini
hanya titik berhenti. Seperti malam yang matahari menyembunyikan sinarnya.
Begitulah mungkin diriku. Sedang gelap. Menjalani gelap. Memahami proses.
Memantapkan kaki untuk berjalan atau mungkin berlari esok hari. Jika keyakinan
esok masih ada. Tapi siapa paling cepat merebut diriku. Maka esokku aku tak
akan aku lagi. Maka esokku aku memuji setiap yang berhasil merebut hidupku.
Membuatku membuka pintu, menyuruh masuk siapa saja dalam kehidupanku. Smapai
yang paling aku sembunyikan. Ambillah
saja. Biar esok jika aku bangkit tak kutemu diriku yang ini lagi. Aku tidak
satu dan mudah, aku rumit, banyak, multi dan membingungkan. My life has been
stolen from me.