-

_dalam setiap kata yang kau baca,
selalu ada huruf yang hilang
kelak kau pasti akan kembali menemukanya
di sela kenangan penuh ilalang__


Kamis, 24 April 2014

Huruf


Aku melihat satu persatu huruf berjalan pergi meninggalkan kalimat
Dia berubah menjadi angin, daun dan rerumputan
Ada yang terselip jadi duka
Juga banyak yang bersarang menjadi bahagia
Tapi sedikit sekali yang hinggap di diam
Dengan sajak ingin ku ambil mereka satu persatu
Menulis dengan langkah kaki
Tapi bisakah:
“ ia mendatangiku sendiri, untuk sekadar menawarkan diri”
Kita sudah lama hanya dihidupi kaki dan mulut
Di pagi yang dingin ini
“ aku ingin mengambil satu kata” kata pohon itu
Rupanya pohon itu tak melihatku
Mati
Lunglali
Di siksa suara dan langkah kaki tanpa renung arah
Lalu esok aku masih berharap sunyi
“ tanpa sesal” kataku

Selasa, 15 April 2014

MALAM -KATA -HILANG


Kau keluarkan kata
Saat malam mulai larut
Maka semua itu tak lagi sampai padaku
Entah ia jatuh atau bersarang di rumput
Daun atau pohon-pohon itu

“ sia-siakah itu semua”
Disini semua telah lama faham
Harus ada yang tertinggal dan dilupakan
“ ingatlah itu bukan kekejaman” kataku
Hanya semacam melankoli yang gagal
“ jangan kau buka kamus dan mencari arti”
Semua telah lama berjalan biasa saja

Senin, 07 April 2014

SEJARAH WAKTU TERGESA


Entah kenapa akhir-akhir ini saya benar-benar sangat muak dengan jalanan. Motor, mobil berdesak-desakan semua memburu tempat terdepan. Berisik suara kenalpot, setiap orang berusaha saling mendahului. Seolah semua orang hanya akan berarti jika hidup habis di jalan, ditelan, aktivitas-aktivitas yang menghabiskan waktu. Bertemu orang-orang setiap hari. Menghabiskan waktu dengan berkata-kata. Pohon-pohon dipinggir jalan seolah hanya hiasan yang tak untuk dinikmati, bahkan hanya dilirik saja. Bisakah kita tidak kemana-mana, berdiam saja di satu tempat. Membiarkan badan kita tidak melakukan aktivitas apa-apa. Membiarkan waktu yang datang tanpa mengetuk pintu berlalu begitu saja. Pagi, siang, sore malam dan tiba pagi lagi. Bisakah?
Kita semakin faham waktu itu sangat berarti tapi, kita tak siapkan saja sedikit ruang lenggang dimana kita benar-benar bisa melihat ujung jarum jam bergerak. Yang kita tunggu hanya waktu yang telah tepat, lalu kita akan dibuatnya beranjak lagi ke tampat lain. Melihat waktu yang tepat lagi, dan berpindah tempat lagi. Lalu kita dengan mudah berkata-kata waktu itu sangat cepat. Bagaimana bisa ini semua terjadi?. Bagaimana bisa kita berkata seperti itu. Sedang kita tak menyiapkan sedikit ruang lengang dimana kita menghayati setiap inci putaran jarum jam. Kita seolah tahu sekali tentang waktu padahal, di setiap saat yang kita tahu hanya segalanya bergerak sangat cepat, maka tidak ada lagi ruang untuk kesengangan.
Kita tak setia pada waktu, tapi di ruang lain kita berkata bahwa kita selalu hidup dalam waktu. Tapi nyatanya kita hanya hidup dalam kecepatan, kita hanya menghayati satu dimensi waktu yaitu kecepatan. Lalu kita tiak pernah tahu, karena memang tidak berusaha untuk tahu bahwa jarum jam bergerak sangat lamban dan teratur.
Dengan alasan-alasan yang mulia kita menganiaya waktu, mengatakan bahwa semuanya harus berarti. arti seperti apakah yang sebenarnya kita cari?. Ah ini pertanyaan paling konyol abad ini. Ini pertanyaan yang mungkin hanya patut diajukan oleh hewan. Dikepala kita yang ada hanya aktivitas dan kecepatan. Yang layak kita beri arti hanyalah kecepatan yang harus membuat kita tergesa-gesa dengan segala aktivitas, yang membuat diri kita melakukan segalanya atas nama ketergesaan. Kita sudah sangat faham bahwa kita dituntu untuk melakukan aktivitas. Untuk melakukan pergerakan. Untuk melakukan dan melakukan, kita tidak boleh diam, kita tidak boleh berlahan-lahan.
Kita diharamkan menyediakan sedikit ruan dimana kita bisa berhenti dan melihat apakah kaki kita maish menginjak bumi. Kita benar diharamkan untuk itu. Kita doharamkan mengetahui arus apa yang memnuat kita bergerak sekarang. Kita diharamkan untuk itu. Di sini kita hanya dihalalkan bertanya satu hal apa selanjutnya jadwal kita. Agenda apa yang menunggu kita.
Kita diuntut untuk selalu berada di jalan. Menaiki mobil atau sepeda motor, menjalankanya dengan kecepatan tiada tara. Melibas siapa saja yang di jalan itu bergerak pelan. Kita sedang diburu oleh sesuatu yang kita sendiri tidak tahu. Lalu suatu saat jika alam memang sudah menghendaki kita berhenti, dengan mudah kita salahkan saja waktu, “ ah memang waktu bergerak sangat cepat”.
Kita beruntung berhadapan dengan mahluk yang bernama waktu. Yang entah sebenarnya ia berwujud seperti apa. Sekejam apapun kita menganiaya dia dia tidak akan menampar pipi kita, atau bahkan sekadar memandnag kita dengan raut yang penuh kebencianpun tidak. Kita benar dibuat beruntung hanya denagn waktu kita berhadapan. Musuh paling besar kita. Yang setiap saat selalu kita salahkan karena dia bergerak terlalu cepat. Dan dengan alasan-alasan yang indah kita sellau mengatakan kita belum smepat berbuat apa-apa, kita beluam sempat bergerak cepat seperti waktu. Kita snagat beruntung .
Saya pun tak tahu andaikan waktu bisa bicara dengan bahasa yang kita fahami dia akan berkata apa pada kita. Mungkin dia akan marah kepada saya yang sempat menulis tentang ini. Mungkin dia akan menampar saya yang sangat bodoh memperlakukanya seolah dia tidak hanya berjumlah dua puluh empat titik.tapi itu tidak akan pernah terjadi karena waktu memang sudah sejak pada awalnya tidak jelas dia mahluk apa. Maka kita bisa tetap menang denagn alasan-alasan indah kita.
Atau mungkin waktu juga tidak pernah berasa kalah atas diri kita. Iya mungkin waktu tak pernah merasa kalah dengan diri kita. Maka untuk apa kita tetap diam, ayo lakukan aktivitas lagi, ayo berkecepatan lagi. Ayo ..ayo kita beramai-ramai meramaikan jalanan dan menghabiskan sisa kelelahan kita di jalan raya. mari ...waktu tidak akan pernah merasa kalah jika lawan bertarungnya hanyalah kita.

yogya 06-04-14