Entah
kenapa akhir-akhir ini saya benar-benar sangat muak dengan jalanan. Motor,
mobil berdesak-desakan semua memburu tempat terdepan. Berisik suara kenalpot,
setiap orang berusaha saling mendahului. Seolah semua orang hanya akan berarti
jika hidup habis di jalan, ditelan, aktivitas-aktivitas yang menghabiskan
waktu. Bertemu orang-orang setiap hari. Menghabiskan waktu dengan berkata-kata.
Pohon-pohon dipinggir jalan seolah hanya hiasan yang tak untuk dinikmati,
bahkan hanya dilirik saja. Bisakah kita tidak kemana-mana, berdiam saja di satu
tempat. Membiarkan badan kita tidak melakukan aktivitas apa-apa. Membiarkan
waktu yang datang tanpa mengetuk pintu berlalu begitu saja. Pagi, siang, sore
malam dan tiba pagi lagi. Bisakah?
Kita
semakin faham waktu itu sangat berarti tapi, kita tak siapkan saja sedikit
ruang lenggang dimana kita benar-benar bisa melihat ujung jarum jam bergerak.
Yang kita tunggu hanya waktu yang telah tepat, lalu kita akan dibuatnya
beranjak lagi ke tampat lain. Melihat waktu yang tepat lagi, dan berpindah
tempat lagi. Lalu kita dengan mudah berkata-kata waktu itu sangat cepat.
Bagaimana bisa ini semua terjadi?. Bagaimana bisa kita berkata seperti itu.
Sedang kita tak menyiapkan sedikit ruang lengang dimana kita menghayati setiap
inci putaran jarum jam. Kita seolah tahu sekali tentang waktu padahal, di
setiap saat yang kita tahu hanya segalanya bergerak sangat cepat, maka tidak
ada lagi ruang untuk kesengangan.
Kita
tak setia pada waktu, tapi di ruang lain kita berkata bahwa kita selalu hidup dalam
waktu. Tapi nyatanya kita hanya hidup dalam kecepatan, kita hanya menghayati
satu dimensi waktu yaitu kecepatan. Lalu kita tiak pernah tahu, karena memang
tidak berusaha untuk tahu bahwa jarum jam bergerak sangat lamban dan teratur.
Dengan
alasan-alasan yang mulia kita menganiaya waktu, mengatakan bahwa semuanya harus
berarti. arti seperti apakah yang sebenarnya kita cari?. Ah ini pertanyaan
paling konyol abad ini. Ini pertanyaan yang mungkin hanya patut diajukan oleh
hewan. Dikepala kita yang ada hanya aktivitas dan kecepatan. Yang layak kita
beri arti hanyalah kecepatan yang harus membuat kita tergesa-gesa dengan segala
aktivitas, yang membuat diri kita melakukan segalanya atas nama ketergesaan.
Kita sudah sangat faham bahwa kita dituntu untuk melakukan aktivitas. Untuk
melakukan pergerakan. Untuk melakukan dan melakukan, kita tidak boleh diam,
kita tidak boleh berlahan-lahan.
Kita
diharamkan menyediakan sedikit ruan dimana kita bisa berhenti dan melihat
apakah kaki kita maish menginjak bumi. Kita benar diharamkan untuk itu. Kita
doharamkan mengetahui arus apa yang memnuat kita bergerak sekarang. Kita
diharamkan untuk itu. Di sini kita hanya dihalalkan bertanya satu hal apa
selanjutnya jadwal kita. Agenda apa yang menunggu kita.
Kita
diuntut untuk selalu berada di jalan. Menaiki mobil atau sepeda motor,
menjalankanya dengan kecepatan tiada tara. Melibas siapa saja yang di jalan itu
bergerak pelan. Kita sedang diburu oleh sesuatu yang kita sendiri tidak tahu.
Lalu suatu saat jika alam memang sudah menghendaki kita berhenti, dengan mudah
kita salahkan saja waktu, “ ah memang waktu bergerak sangat cepat”.
Kita
beruntung berhadapan dengan mahluk yang bernama waktu. Yang entah sebenarnya ia
berwujud seperti apa. Sekejam apapun kita menganiaya dia dia tidak akan
menampar pipi kita, atau bahkan sekadar memandnag kita dengan raut yang penuh
kebencianpun tidak. Kita benar dibuat beruntung hanya denagn waktu kita
berhadapan. Musuh paling besar kita. Yang setiap saat selalu kita salahkan
karena dia bergerak terlalu cepat. Dan dengan alasan-alasan yang indah kita
sellau mengatakan kita belum smepat berbuat apa-apa, kita beluam sempat
bergerak cepat seperti waktu. Kita snagat beruntung .
Saya
pun tak tahu andaikan waktu bisa bicara dengan bahasa yang kita fahami dia akan
berkata apa pada kita. Mungkin dia akan marah kepada saya yang sempat menulis
tentang ini. Mungkin dia akan menampar saya yang sangat bodoh memperlakukanya
seolah dia tidak hanya berjumlah dua puluh empat titik.tapi itu tidak akan
pernah terjadi karena waktu memang sudah sejak pada awalnya tidak jelas dia
mahluk apa. Maka kita bisa tetap menang denagn alasan-alasan indah kita.
Atau
mungkin waktu juga tidak pernah berasa kalah atas diri kita. Iya mungkin waktu
tak pernah merasa kalah dengan diri kita. Maka untuk apa kita tetap diam, ayo
lakukan aktivitas lagi, ayo berkecepatan lagi. Ayo ..ayo kita beramai-ramai
meramaikan jalanan dan menghabiskan sisa kelelahan kita di jalan raya. mari ...waktu
tidak akan pernah merasa kalah jika lawan bertarungnya hanyalah kita.
yogya 06-04-14